Matius 13:1-23
Tuhan Yesus membuka sebuah rahasia keberhasilan dan kegagalan orang percaya melalui pengertian 4 jenis tanah yang merupakan gambaran dari hati manusia.
Jenis pertama- tanah dipinggir jalan, adalah orang yang mempunyai hati yang keras yang disebabkan oleh dosa. Mereka mendengarkan firman Tuhan tetapi sulit untuk menerimanya. Mereka tidak mau ditegur dan mereka tidak ingin ada orang mencoba mengusik kesenangan dagingnya. Meskipun mereka duduk diantara kerumunan orang-2 yang mendengarkan firman, tetapi hatinya tidak meresponi firman yang disampaikan, akibatnya iblis mencuri firman tersebut.
Jenis kedua- tanah yang berbatu-batu, adalah orang yang tidak mempunyai gairah akan hal-2 rohani. Mereka adalah golongan orang Kristen “asal”- asal kegereja, asal berdoa, asal memuji Tuhan,dll. Mereka hanya menyukai kotbah yang lunak atau kotbah tentang berkat. Akibatnya mereka tidak mempunyai akar yang kuat. Apabila ada persoalan melanda dengan mudah mereka akan meninggalkan Tuhan.
Jenis ketiga- tanah yang bersemak duri, adalah orang yang membiarkan benih semak duri bertumbuh. Semak duri adalah benih duniawi. Iman mereka memang bertumbuh, tetapi disisi lain mereka membiarkan perkara duniawi juga bertumbuh. Hati mereka terbagi menjadi dua. Mereka melayani Tuhan tetapi juga menjadi hamba uang. Karena pikiran mereka hanya dipenuhi oleh materi saja, akhirnya firman yang mereka terima terhimpit oleh hal-2 ini.
Jenis yang keempat- tanah yang baik, adalah orang yang menerima dan memahami firman. Mereka haus akan firman dan rindu untuk lebih dalam lagi bersekutu dengan Tuhan. mereka membaca firman Tuhan setiap hari dan melakukannya dengan sungguh-2.
MAZMUR 23:1-6
Minggu, 25 Juli 2010
Artikel
Memperebutkan Dataran Tinggi Golan: Israel Vs Suriah.
Permusuhan panjang antara Israel dengan Suriah (Syria) sudah berlangsung sejak Perang 1967, ketika Israel berhasil merebut Dataran Tinggi Golan, kemudian berlanjut dengan keterlibatan kedua pihak dalam perang Lebanon tahun 1982-1983. Permusuhan ini telah berjalan selama tiga dekade di akhir abad ke-20 dan sampai kini masih berlanjut. Tetapi situasi agak berubah ketika Israel mencapai kesepakatan damai dengan Palestina, yang ditandai dengan Perjanjian Madrid, Oslo I dan II, serta berbagai kesepakatan yang terkait, dimana Israel merasa sudah tiba saatnya untuk berunding, begitu juga Suriah.
PENYANGGA STRATEGIS
Perundingan-perundingan yang terjadi kemudian ternyata alot dan rumit, karena perbedaan pandangan yang selama ini menjadi inti konflik antara kedua negara tersebut, yang juga menjadi konflik antara negara-negara Arab dengan Israel. Suriah di bawah kepemimpinan Hafez al Assad (alm) menentang setiap upaya Israel untuk terus mengukuhkan pendudukannya atas Dataran Tinggi Golan. Suatu dataran tinggi yang memanjang disepanjang danau Galilea sampai ke utara Israel di ketinggian gunung Hermon (2.814 meter) yang berpuncak salju setebal 11/2 meter, dimana Israel dengan 20.000 pasukannya dapat mudah memantau musuhnya serta bisa mengawasi sumber air terbesar yang masuk ke danau Galilea. Bagi kepentingan Suriah, dataran tinggi Golan adalah segala-galanya.
Dataran tinggi ini adalah penyangga strategis dan dari sini Damaskus (Damsyik) dengan mudah memukul mundur Israel atau bahkan menyiapkan sebuah serbuan besar-besaran ke Israel. Dengan menguasai Golan yang sejuk, juga berarti menyediakan sumber air bagi Lembah Bekaa. Lembah Bekaa dan Golan adalah garis sepadan, pusat militer serta pusat pertanian dan kultural Suriah. Golan adalah sebuah prestise yang harus tetap erat dipegang Damaskus. Dalam masa tiga dekade, kawasan selebar 10 mil itu dikuasai Israel, bahkan telah dimasukkan dalam peta geografi Israel Raya.
Saat ini Suriah harus membiayai 30.000 pasukan yang dikonsentrasikan dekat Golan dan Lebanon Selatan yang rawan karena Israel membangun zona demiliterisasi dan sering bertempur dengan grilyawan Hizbullah. Suriah menuntut pengembalian Golan tanpa syarat. Sebaliknya Israel menuntut agar Damaskus menghentikan dukungan terhadap gerilyawan Hizbullah yang setiap saat menembakkan peluru meriam Katyusha dari Lebanon Selatan.
SURIAH & LEBANON
Suriah dengan Lebanon ibarat saudara yang merangkum tiga sintesis: kultural, politik, dan militer, yang berakar selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Sejak pemerintahan Presiden Bashir Gemayel, Amin Gemayel sampai pada era Emile Lahoud, Beirut selalu berkiprah kepada Damaskus. Bahkan Damaskus menganggap Lebanon adalah provinsi Suriah sendiri. Ini suatu kenyataan politik dan sejarah yang tidak dapat dipungkiri Israel. Damaskus berpengalaman pahit ketika pasukannya ditekan untuk mundur dari Beirut pada Agustus 1983 berdasarkan Perjanjian Damai Philip Habib. Para Jenderal Suriah harus menarik mundur Brigade Hittin dari Beirut Barat. Dan menarik sebuah brigade yang prestisius merupakan tamparan berat bagi Suriah. Tetapi langkah ini diambil juga untuk melerai pertempuran yang berlarut dengan pasukan Israel, yang mungkin akan mengalahkan brigade Suriah yang tangguh itu. Tekanan ini menyakitkan, seperti tekanan dan kekalahan yang dialami pada Perang 1967, ketika Israel berhasil mepecundangi Suriah.
Namun inti pertikaian utama sebenarnya adalah masalah Dataran Tinggi Golan. Suriah tetap pada pendiriannya untuk menerima kembali Golan tanpa syarat. Sedangkan Israel menawarkan beberapa pilihan untuk mengembalikan Golan dengan berbagai syarat yang ketat. Misalnya dengan tetap mempertahankan peralatan Early Warning System untuk mengamati musuh secara dini. Dan Damaskus harus menghentikan serangan dan infiltrasi gerilyawan Hizbullah ke Israel Utara. Pos-pos pengamatan Israel di Dataran Tinggi Golan, terutama di puncak Hermon, membuat Suriah tidak berkutik karena Damaskus tidak akan pernah dapat melancarkan serangan secara diam-diam terhadap Israel, dan cuaca disana membuat satelit pengamat sukar dioperasikan dan patroli udara sangat mahal.
Sebagai negara yang relatif kecil, Israel tidak memiliki suatu daerah khusus yang dapat diserahkan kepada penyerangnya sebagai pancingan atau taktik ketika serangan militer pertama dilancarkan. Karena itulah IDF (Israel Defense Forces) selalu mengandalkan serangan dadakan dan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menahan musuh agar tetap berada diluar garis perbatasan. Hal ini juga berarti kebutuhan mutlak bagi Israel untuk memiliki informasi yang akurat dan tepat waktu tentang rencana penyerangan musuhnya, sehingga Israel dapat melancarkan serangan lebih dahulu. Meskipun benar bahwa Suriah dapat mencapai semua titik lokasi dari setiap tempat di Israel dengan rudal Scud-C mereka (baik yang berhulu ledak konvensional maupun nuklir atau biologi), akan tetapi posisi strategis Dataran Tinggi Golan menghalangi penyerbuan tentara daratnya. Hanya ada dua tempat yang menjadi jalan bagi Suriah, yaitu daerah Tel Fars dan daerah Quneitra. Itu sebabnya mengapa Israel yang memiliki pasukan yang berjumlah kecil mampu bertahan dari serbuan seribu tank Suriah dimasa perang Yom Kippur. Jika Israel tidak menguasai Golan, maka mereka harus memukul mundur serangan musuh di dalam daerah mereka melalui daerah-daerah yang padat penduduk seperti Lembah Hula, Lembah Yordan, dan Galilea. Dan itu berarti akan memakan korban jiwa yang sangat banyak dan mengerikan.
Israel sangat membanggakan pasukan elite-nya yang ditempatkan di sistem pemberitahuan dini Golan, yang berjarak hanya 500 meter dari garis demarkasi. Dari ketinggian 1.500 dan 2800 meter di atas lereng terjal dan puncak Gunung Hermon, pasukan Israel dengan mudah memantau setiap gerakan pasukan Suriah di utara. Pasukan elite Israel yang juga terlatih untuk perang di pegunungan salju juga bisa mengamati kota Damaskus yang jauhnya sekitar 43 kilometer. Sementara itu di Golan saat ini sudah ada sekitar 17.000 pemukim Yahudi yang sudah menetap disana sejak tiga dekade dan hidup dari hasil perkebunan, terutama anggur dan apel. Mereka memperoleh previlese yang diberikan pemerintah dan tidak bersedia keluar dari Golan dengan begitu saja.
Dataran Tinggi Golan sangat kaya dengan sumber airnya, yang menjadi kebutuhan pokok negara-negara gurun pasir. Suriah dengan segala usaha berusaha mengeringkan sumber air Israel ini dengan cara membelokkan aliran sungai Yordan tetapi tidak pernah berhasil. Sejak bulan Juni 1974, 1250 pasukan dari DOF (Disengagement Observer Force) PBB telah berpatroli di daerah yang menjadi perbatasan Israel - Suriah. Sesungguhnya pasukan PBB ini tidak cukup kuat untuk mencegah agresi yang dapat terjadi setiap saat. Keadaan yang sama seperti pasukan sekutu ketika berada di Berlin Barat selama perang dingin berlangsung. Tetapi bagaimanapun juga sekarang dapat dikatakan bahwa PBB telah bertindak sebagai penjamin perdamaian di Dataran Tinggi Golan.
Pada masa PM Benyamin Netanyahu, pemerintah terlalu ditekan oleh Partai Likud dan kalangan konservatif Israel, untuk tidak berunding apapun dengan Suriah. Dan tentunya juga menghambat perwujudan Perjanjian Oslo I dan II untuk berdamai dengan Palestina. Tetapi kemudian suasananya jauh berbeda ketika Ehud Barak menjadi Perdana Menteri, ia ingin agar Israel dapat hidup berdampingan secara damai dengan negara-negara Arab yang menjadi tetangganya, walaupun untuk itu ia harus menanggung resiko dikecam habis-habisan. Tetapi Ehud Barak sudah mengisyaratkan bahwa pengembalian Golan adalah kompromi atau konsesi yang cukup menyakitkan dan mahal karena ia harus memberikan jaminan kompensasi terhadap 17.000 pemukim Yahudi dan penarikan 20.000 pasukannya yang berada di sekitarnya, untuk meninggalkan Golan.
Kitab Suci menginformasikan bahwa pada waktunya nanti Israel akan menaruh kepercayaan besar kepada perlindungan yang dijanjikan oleh Antikris melalui perjanjian bilateral dengan Uni Eropa (Yehezkiel 38 - Daniel 9)
KELOMPOK-KELOMPOK YAHUDI
Upaya pengembalian dataran tinggi Golan mendapat penolakan dari sebagian besar rakyat Yahudi, terutama dari golongan Yahudi Shepardim, yakni masyarakat Yahudi yang lahir di Eropa Timur, atau di negeri-negeri Arab seperti Maroko, Mesir, dan Yordania, sebelum terbentuknya negara Israel (1948). Mereka digolongkan sebagai golongan ultra-ortodoks dan ultra-nasionalis, yang masih berpegang kuat pada nilai-nilai spiritual Yahudi. Shepardim menganggap bahwa Yerusalem, Hebron, dan wilayah-wilayah lain di Tanah Perjanjian yang masih ditempati oleh orang bukan Yahudi, harus dibebaskan, termasuk Golan. Jumlah shepardim adalah 40 persen dari jumlah seluruh bangsa Yahudi. Mereka mempunyai ciri-ciri khusus, antara lain mengenakan baju sutera dan topi hitam, serta memelihara jambang dan kumis janggut. Mereka tinggal berkelompok, misalnya di daerah Mea Sharim atau Heredi di Yerusalem, dan beribadah secara aktif di sinagog-sinagog. Ada lagi kelompok elite Yahudi Askhenasim, yakni imigran asal Eropa Barat dan Amerika yang berjumlah 22 persen. Merekalah yang menempati level atas dalam ekonomi maupun politik. Kelompok ini mendukung penuh kebijaksanaan Partai Buruh untuk merealisasikan perdamaian secara penuh dengan negara-negara Arab, termasuk pengembalian dataran tinggi Golan kepada Suriah. S
Saat ini proses Golan masih berlangsung alot karena munculnya banyak hambatan sosial, keagamaan, dan politik. Terlebih lagi sejak pemimpin "garis keras" Ariel Sharon menduduki posisi Perdana Menteri Israel. Sharon tidak mungkin berkompromi dengan apapun tentang Golan. Diperkirakan ia akan "membabat" habis semua rintangan untuk mempertahankan Golan, berapapun harganya.
Beberapa ahli politik Timur Tengah memprediksikan bahwa pada akhirnya Israel akan mengembalikan seluruh atau sebagian Dataran Tinggi Golan kepada Suriah dengan syarat PBB atau Uni Eropa menduduki daerah itu sebagai jaminan keamanan Israel. Jika hal itu benar-benar terjadi, maka itu menjadi saat-saat yang menentukan sepanjang sejarah, karena belum pernah sekalipun Israel menyerahkan keamanan nasionalnya kepada pikah lain.
BAIT SUCI KETIGA
Tetapi Kitab Suci juga menginformasikan bahwa pada waktunya nanti Israel akan menaruh kepercayaan besar kepada perlindungan yang dijanjikan oleh Antikris melalui perjanjian bilateral dengan Uni Eropa (Daniel 9:27). Yehezkiel menggambarkan keadaan Israel sebelum adanya perjanjian tersebut: "…tanah yang kota-kotanya tanpa tembok…mereka semuanya diam tanpa tembok atau palang atau pintu gerbang" (Yehezkiel 38:11). Ini adalah suatu hal yang luar biasa. Jika anda pernah mengunjungi Israel, maka anda akan mengerti bahwa kubu-kubu pertahanan adalah prioritas utama bagi keamanan Israel. Pasukan tentara yang sangat terlatih, senapan-senapan mesin, tank-tank, helikopter, kawat berduri, semua itu menjadi benteng-benteng atau tembok-tembok bahkan pintu gerbang pertahanan Israel. Serangan Rusia dan sekutu Arab-nya di ujung akhir zaman nanti akan memporak-porandakan semua pertahanan itu sehingga Israel terpaksa mengadakan perjanjian dengan Uni Eropa. Mungkinkah porak-porandanya benteng pertahanan Israel itu karena mereka terlalu bersukacita atas pembangunan Bait Suci Ketiga?, who knows. - Bagaimanapun, Kitab Suci sudah menubuatkan apa yang akan terjadi dengan Israel dan Yerusalem. Keduanya akan tetap memegang peran penting dalam menutup sejarah manusia. Bila saatnya tiba, ketegangan baru akan terjadi mengenai Dataran Tinggi Golan ini menyusul masalah Jalur Gaza - Tepi Barat - dan Lebanon Selatan. Dunia akan menghadapi semua masalah ini sebagai suatu kemunduran dari Perjanjian Oslo II, yang berarti kehilangan jaminan perdamaian di Timur Tengah. Tetapi kita umat Tuhan akan membacanya sebagai perjalanan atau proses waktu yang mendekat kepada penggenapan nubuat Kitab Suci.
STRATEGIS SECARA MILITER
Dataran Tinggi Golan adalah suatu dataran tinggi yang sangat strategis dan sangat menentukan secara militer. Luasnya kurang lebih 480 mil persegi dan dibagi menjadi dua bagian: Golan Bawah, yang terletak di selatan dengan ketinggian antara 182 sampai 578 meter, dan Golan Atas di utara dengan ketinggian lebih dari 912 meter diatas permukaan laut. Beberapa puncak bukitnya mencapai ketinggian 1338 - 1500 meter. Dan tempat tertingginya adalah puncak gunung Hermon yang bersalju, 2814 meter. Di bawah penguasaan Suriah tempat ini sangat sempurna untuk meluncurkan roket ke kota Yerusalem. Secara geografis seluruh wilayah Israel terletak di kaki Dataran Tinggi Golan. Bila Israel membiarkan Suriah duduk disitu, mereka dapat menjadikan seluruh Israel sebagai ladang pembantaian. Sebaliknya bagi Israel penguasaan wilayah Golan ini merupakan keuntungan baik secara militer maupun kependudukan. Dapat dikatakan bahwa keamanan seluruh wilayah Israel sangat bergantung atas penguasaannya atas dataran tinggi Golan. Dan selama lebih dari 25 tahun Israel bertahan di dataran tinggi Golan, tidak ada isyarat sedikitpun bagi Israel untuk menyerahkan lokasi strategis ini ke pihak manapun. (Red)
SIAPA YANG MENJAMAH ISRAEL, BERARTI MENJAMAH "BIJI MATA TUHAN"
Itulah yang dikatakan oleh Nabi Zakaria 2500 tahun yang lalu, tetapi yang sekarangpun masih tetap berlaku. Apa sebab Israel dan Yerusalem menjadi begitu penting kita perhatikan? - karena bangsa ini telah memberikan kepada dunia suatu masalah yang tidak terpecahkan sampai kapanpun, dan Yerusalem adalah kota tempat sejarah masa kini akan mencapai klimaksnya. Israel dan Yerusalem merupakan "jam Tuhan".
Detik demi detik berdenyut membawa perubahan-perubahan global. Diktator-diktator dunia berusaha membinasakan Israel, tetapi sia-sia, bangsa ini tetap hidup dan Yerusalem tetap eksis selama ribuan tahun dan menjadi "Pasu yang menyebabkan segala bangsa menjadi pening. Aku akan membuat Yerusalem menjadi batu untuk diangkat bagi segala bangsa. Siapa yang mengangkatnya pastilah mendapat luka parah" (Zakaria 12:2-3).
Mengapa dunia bersusah-sudah tentang suatu bangsa yang relatif tidak penting bagi dunia ini? - karena Tuhan telah memilih Israel untuk menikmati suatu hubungan istimewa dengan diri-Nya sendiri. Ia juga berjanji akan memberkati orang-orang yang berbaik hati kepada Israel dan mengutuk orang-orang yang memperlakukan mereka dengan keras (Kejadian 12:3), suatu hukum yang berlaku sampai sekarang.
Melalui "Perjanjian Baru" kita umat Tuhan adalah Israel-Israel rohani dimana kita dipilih untuk menikmati hubungan kasih dengan-Nya, melalui Yeshua Hamasiah Tuhan. Janji-janji untuk Israel berlaku bagi kita. Tuhan tidak akan ingkar janji kepada umat-Nya. Kita adalah biji mata Tuhan dalam Yeshua Hamasiah.
HalleluYAH .. !
Permusuhan panjang antara Israel dengan Suriah (Syria) sudah berlangsung sejak Perang 1967, ketika Israel berhasil merebut Dataran Tinggi Golan, kemudian berlanjut dengan keterlibatan kedua pihak dalam perang Lebanon tahun 1982-1983. Permusuhan ini telah berjalan selama tiga dekade di akhir abad ke-20 dan sampai kini masih berlanjut. Tetapi situasi agak berubah ketika Israel mencapai kesepakatan damai dengan Palestina, yang ditandai dengan Perjanjian Madrid, Oslo I dan II, serta berbagai kesepakatan yang terkait, dimana Israel merasa sudah tiba saatnya untuk berunding, begitu juga Suriah.
PENYANGGA STRATEGIS
Perundingan-perundingan yang terjadi kemudian ternyata alot dan rumit, karena perbedaan pandangan yang selama ini menjadi inti konflik antara kedua negara tersebut, yang juga menjadi konflik antara negara-negara Arab dengan Israel. Suriah di bawah kepemimpinan Hafez al Assad (alm) menentang setiap upaya Israel untuk terus mengukuhkan pendudukannya atas Dataran Tinggi Golan. Suatu dataran tinggi yang memanjang disepanjang danau Galilea sampai ke utara Israel di ketinggian gunung Hermon (2.814 meter) yang berpuncak salju setebal 11/2 meter, dimana Israel dengan 20.000 pasukannya dapat mudah memantau musuhnya serta bisa mengawasi sumber air terbesar yang masuk ke danau Galilea. Bagi kepentingan Suriah, dataran tinggi Golan adalah segala-galanya.
Dataran tinggi ini adalah penyangga strategis dan dari sini Damaskus (Damsyik) dengan mudah memukul mundur Israel atau bahkan menyiapkan sebuah serbuan besar-besaran ke Israel. Dengan menguasai Golan yang sejuk, juga berarti menyediakan sumber air bagi Lembah Bekaa. Lembah Bekaa dan Golan adalah garis sepadan, pusat militer serta pusat pertanian dan kultural Suriah. Golan adalah sebuah prestise yang harus tetap erat dipegang Damaskus. Dalam masa tiga dekade, kawasan selebar 10 mil itu dikuasai Israel, bahkan telah dimasukkan dalam peta geografi Israel Raya.
Saat ini Suriah harus membiayai 30.000 pasukan yang dikonsentrasikan dekat Golan dan Lebanon Selatan yang rawan karena Israel membangun zona demiliterisasi dan sering bertempur dengan grilyawan Hizbullah. Suriah menuntut pengembalian Golan tanpa syarat. Sebaliknya Israel menuntut agar Damaskus menghentikan dukungan terhadap gerilyawan Hizbullah yang setiap saat menembakkan peluru meriam Katyusha dari Lebanon Selatan.
SURIAH & LEBANON
Suriah dengan Lebanon ibarat saudara yang merangkum tiga sintesis: kultural, politik, dan militer, yang berakar selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Sejak pemerintahan Presiden Bashir Gemayel, Amin Gemayel sampai pada era Emile Lahoud, Beirut selalu berkiprah kepada Damaskus. Bahkan Damaskus menganggap Lebanon adalah provinsi Suriah sendiri. Ini suatu kenyataan politik dan sejarah yang tidak dapat dipungkiri Israel. Damaskus berpengalaman pahit ketika pasukannya ditekan untuk mundur dari Beirut pada Agustus 1983 berdasarkan Perjanjian Damai Philip Habib. Para Jenderal Suriah harus menarik mundur Brigade Hittin dari Beirut Barat. Dan menarik sebuah brigade yang prestisius merupakan tamparan berat bagi Suriah. Tetapi langkah ini diambil juga untuk melerai pertempuran yang berlarut dengan pasukan Israel, yang mungkin akan mengalahkan brigade Suriah yang tangguh itu. Tekanan ini menyakitkan, seperti tekanan dan kekalahan yang dialami pada Perang 1967, ketika Israel berhasil mepecundangi Suriah.
Namun inti pertikaian utama sebenarnya adalah masalah Dataran Tinggi Golan. Suriah tetap pada pendiriannya untuk menerima kembali Golan tanpa syarat. Sedangkan Israel menawarkan beberapa pilihan untuk mengembalikan Golan dengan berbagai syarat yang ketat. Misalnya dengan tetap mempertahankan peralatan Early Warning System untuk mengamati musuh secara dini. Dan Damaskus harus menghentikan serangan dan infiltrasi gerilyawan Hizbullah ke Israel Utara. Pos-pos pengamatan Israel di Dataran Tinggi Golan, terutama di puncak Hermon, membuat Suriah tidak berkutik karena Damaskus tidak akan pernah dapat melancarkan serangan secara diam-diam terhadap Israel, dan cuaca disana membuat satelit pengamat sukar dioperasikan dan patroli udara sangat mahal.
Sebagai negara yang relatif kecil, Israel tidak memiliki suatu daerah khusus yang dapat diserahkan kepada penyerangnya sebagai pancingan atau taktik ketika serangan militer pertama dilancarkan. Karena itulah IDF (Israel Defense Forces) selalu mengandalkan serangan dadakan dan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menahan musuh agar tetap berada diluar garis perbatasan. Hal ini juga berarti kebutuhan mutlak bagi Israel untuk memiliki informasi yang akurat dan tepat waktu tentang rencana penyerangan musuhnya, sehingga Israel dapat melancarkan serangan lebih dahulu. Meskipun benar bahwa Suriah dapat mencapai semua titik lokasi dari setiap tempat di Israel dengan rudal Scud-C mereka (baik yang berhulu ledak konvensional maupun nuklir atau biologi), akan tetapi posisi strategis Dataran Tinggi Golan menghalangi penyerbuan tentara daratnya. Hanya ada dua tempat yang menjadi jalan bagi Suriah, yaitu daerah Tel Fars dan daerah Quneitra. Itu sebabnya mengapa Israel yang memiliki pasukan yang berjumlah kecil mampu bertahan dari serbuan seribu tank Suriah dimasa perang Yom Kippur. Jika Israel tidak menguasai Golan, maka mereka harus memukul mundur serangan musuh di dalam daerah mereka melalui daerah-daerah yang padat penduduk seperti Lembah Hula, Lembah Yordan, dan Galilea. Dan itu berarti akan memakan korban jiwa yang sangat banyak dan mengerikan.
Israel sangat membanggakan pasukan elite-nya yang ditempatkan di sistem pemberitahuan dini Golan, yang berjarak hanya 500 meter dari garis demarkasi. Dari ketinggian 1.500 dan 2800 meter di atas lereng terjal dan puncak Gunung Hermon, pasukan Israel dengan mudah memantau setiap gerakan pasukan Suriah di utara. Pasukan elite Israel yang juga terlatih untuk perang di pegunungan salju juga bisa mengamati kota Damaskus yang jauhnya sekitar 43 kilometer. Sementara itu di Golan saat ini sudah ada sekitar 17.000 pemukim Yahudi yang sudah menetap disana sejak tiga dekade dan hidup dari hasil perkebunan, terutama anggur dan apel. Mereka memperoleh previlese yang diberikan pemerintah dan tidak bersedia keluar dari Golan dengan begitu saja.
Dataran Tinggi Golan sangat kaya dengan sumber airnya, yang menjadi kebutuhan pokok negara-negara gurun pasir. Suriah dengan segala usaha berusaha mengeringkan sumber air Israel ini dengan cara membelokkan aliran sungai Yordan tetapi tidak pernah berhasil. Sejak bulan Juni 1974, 1250 pasukan dari DOF (Disengagement Observer Force) PBB telah berpatroli di daerah yang menjadi perbatasan Israel - Suriah. Sesungguhnya pasukan PBB ini tidak cukup kuat untuk mencegah agresi yang dapat terjadi setiap saat. Keadaan yang sama seperti pasukan sekutu ketika berada di Berlin Barat selama perang dingin berlangsung. Tetapi bagaimanapun juga sekarang dapat dikatakan bahwa PBB telah bertindak sebagai penjamin perdamaian di Dataran Tinggi Golan.
Pada masa PM Benyamin Netanyahu, pemerintah terlalu ditekan oleh Partai Likud dan kalangan konservatif Israel, untuk tidak berunding apapun dengan Suriah. Dan tentunya juga menghambat perwujudan Perjanjian Oslo I dan II untuk berdamai dengan Palestina. Tetapi kemudian suasananya jauh berbeda ketika Ehud Barak menjadi Perdana Menteri, ia ingin agar Israel dapat hidup berdampingan secara damai dengan negara-negara Arab yang menjadi tetangganya, walaupun untuk itu ia harus menanggung resiko dikecam habis-habisan. Tetapi Ehud Barak sudah mengisyaratkan bahwa pengembalian Golan adalah kompromi atau konsesi yang cukup menyakitkan dan mahal karena ia harus memberikan jaminan kompensasi terhadap 17.000 pemukim Yahudi dan penarikan 20.000 pasukannya yang berada di sekitarnya, untuk meninggalkan Golan.
Kitab Suci menginformasikan bahwa pada waktunya nanti Israel akan menaruh kepercayaan besar kepada perlindungan yang dijanjikan oleh Antikris melalui perjanjian bilateral dengan Uni Eropa (Yehezkiel 38 - Daniel 9)
KELOMPOK-KELOMPOK YAHUDI
Upaya pengembalian dataran tinggi Golan mendapat penolakan dari sebagian besar rakyat Yahudi, terutama dari golongan Yahudi Shepardim, yakni masyarakat Yahudi yang lahir di Eropa Timur, atau di negeri-negeri Arab seperti Maroko, Mesir, dan Yordania, sebelum terbentuknya negara Israel (1948). Mereka digolongkan sebagai golongan ultra-ortodoks dan ultra-nasionalis, yang masih berpegang kuat pada nilai-nilai spiritual Yahudi. Shepardim menganggap bahwa Yerusalem, Hebron, dan wilayah-wilayah lain di Tanah Perjanjian yang masih ditempati oleh orang bukan Yahudi, harus dibebaskan, termasuk Golan. Jumlah shepardim adalah 40 persen dari jumlah seluruh bangsa Yahudi. Mereka mempunyai ciri-ciri khusus, antara lain mengenakan baju sutera dan topi hitam, serta memelihara jambang dan kumis janggut. Mereka tinggal berkelompok, misalnya di daerah Mea Sharim atau Heredi di Yerusalem, dan beribadah secara aktif di sinagog-sinagog. Ada lagi kelompok elite Yahudi Askhenasim, yakni imigran asal Eropa Barat dan Amerika yang berjumlah 22 persen. Merekalah yang menempati level atas dalam ekonomi maupun politik. Kelompok ini mendukung penuh kebijaksanaan Partai Buruh untuk merealisasikan perdamaian secara penuh dengan negara-negara Arab, termasuk pengembalian dataran tinggi Golan kepada Suriah. S
Saat ini proses Golan masih berlangsung alot karena munculnya banyak hambatan sosial, keagamaan, dan politik. Terlebih lagi sejak pemimpin "garis keras" Ariel Sharon menduduki posisi Perdana Menteri Israel. Sharon tidak mungkin berkompromi dengan apapun tentang Golan. Diperkirakan ia akan "membabat" habis semua rintangan untuk mempertahankan Golan, berapapun harganya.
Beberapa ahli politik Timur Tengah memprediksikan bahwa pada akhirnya Israel akan mengembalikan seluruh atau sebagian Dataran Tinggi Golan kepada Suriah dengan syarat PBB atau Uni Eropa menduduki daerah itu sebagai jaminan keamanan Israel. Jika hal itu benar-benar terjadi, maka itu menjadi saat-saat yang menentukan sepanjang sejarah, karena belum pernah sekalipun Israel menyerahkan keamanan nasionalnya kepada pikah lain.
BAIT SUCI KETIGA
Tetapi Kitab Suci juga menginformasikan bahwa pada waktunya nanti Israel akan menaruh kepercayaan besar kepada perlindungan yang dijanjikan oleh Antikris melalui perjanjian bilateral dengan Uni Eropa (Daniel 9:27). Yehezkiel menggambarkan keadaan Israel sebelum adanya perjanjian tersebut: "…tanah yang kota-kotanya tanpa tembok…mereka semuanya diam tanpa tembok atau palang atau pintu gerbang" (Yehezkiel 38:11). Ini adalah suatu hal yang luar biasa. Jika anda pernah mengunjungi Israel, maka anda akan mengerti bahwa kubu-kubu pertahanan adalah prioritas utama bagi keamanan Israel. Pasukan tentara yang sangat terlatih, senapan-senapan mesin, tank-tank, helikopter, kawat berduri, semua itu menjadi benteng-benteng atau tembok-tembok bahkan pintu gerbang pertahanan Israel. Serangan Rusia dan sekutu Arab-nya di ujung akhir zaman nanti akan memporak-porandakan semua pertahanan itu sehingga Israel terpaksa mengadakan perjanjian dengan Uni Eropa. Mungkinkah porak-porandanya benteng pertahanan Israel itu karena mereka terlalu bersukacita atas pembangunan Bait Suci Ketiga?, who knows. - Bagaimanapun, Kitab Suci sudah menubuatkan apa yang akan terjadi dengan Israel dan Yerusalem. Keduanya akan tetap memegang peran penting dalam menutup sejarah manusia. Bila saatnya tiba, ketegangan baru akan terjadi mengenai Dataran Tinggi Golan ini menyusul masalah Jalur Gaza - Tepi Barat - dan Lebanon Selatan. Dunia akan menghadapi semua masalah ini sebagai suatu kemunduran dari Perjanjian Oslo II, yang berarti kehilangan jaminan perdamaian di Timur Tengah. Tetapi kita umat Tuhan akan membacanya sebagai perjalanan atau proses waktu yang mendekat kepada penggenapan nubuat Kitab Suci.
STRATEGIS SECARA MILITER
Dataran Tinggi Golan adalah suatu dataran tinggi yang sangat strategis dan sangat menentukan secara militer. Luasnya kurang lebih 480 mil persegi dan dibagi menjadi dua bagian: Golan Bawah, yang terletak di selatan dengan ketinggian antara 182 sampai 578 meter, dan Golan Atas di utara dengan ketinggian lebih dari 912 meter diatas permukaan laut. Beberapa puncak bukitnya mencapai ketinggian 1338 - 1500 meter. Dan tempat tertingginya adalah puncak gunung Hermon yang bersalju, 2814 meter. Di bawah penguasaan Suriah tempat ini sangat sempurna untuk meluncurkan roket ke kota Yerusalem. Secara geografis seluruh wilayah Israel terletak di kaki Dataran Tinggi Golan. Bila Israel membiarkan Suriah duduk disitu, mereka dapat menjadikan seluruh Israel sebagai ladang pembantaian. Sebaliknya bagi Israel penguasaan wilayah Golan ini merupakan keuntungan baik secara militer maupun kependudukan. Dapat dikatakan bahwa keamanan seluruh wilayah Israel sangat bergantung atas penguasaannya atas dataran tinggi Golan. Dan selama lebih dari 25 tahun Israel bertahan di dataran tinggi Golan, tidak ada isyarat sedikitpun bagi Israel untuk menyerahkan lokasi strategis ini ke pihak manapun. (Red)
SIAPA YANG MENJAMAH ISRAEL, BERARTI MENJAMAH "BIJI MATA TUHAN"
Itulah yang dikatakan oleh Nabi Zakaria 2500 tahun yang lalu, tetapi yang sekarangpun masih tetap berlaku. Apa sebab Israel dan Yerusalem menjadi begitu penting kita perhatikan? - karena bangsa ini telah memberikan kepada dunia suatu masalah yang tidak terpecahkan sampai kapanpun, dan Yerusalem adalah kota tempat sejarah masa kini akan mencapai klimaksnya. Israel dan Yerusalem merupakan "jam Tuhan".
Detik demi detik berdenyut membawa perubahan-perubahan global. Diktator-diktator dunia berusaha membinasakan Israel, tetapi sia-sia, bangsa ini tetap hidup dan Yerusalem tetap eksis selama ribuan tahun dan menjadi "Pasu yang menyebabkan segala bangsa menjadi pening. Aku akan membuat Yerusalem menjadi batu untuk diangkat bagi segala bangsa. Siapa yang mengangkatnya pastilah mendapat luka parah" (Zakaria 12:2-3).
Mengapa dunia bersusah-sudah tentang suatu bangsa yang relatif tidak penting bagi dunia ini? - karena Tuhan telah memilih Israel untuk menikmati suatu hubungan istimewa dengan diri-Nya sendiri. Ia juga berjanji akan memberkati orang-orang yang berbaik hati kepada Israel dan mengutuk orang-orang yang memperlakukan mereka dengan keras (Kejadian 12:3), suatu hukum yang berlaku sampai sekarang.
Melalui "Perjanjian Baru" kita umat Tuhan adalah Israel-Israel rohani dimana kita dipilih untuk menikmati hubungan kasih dengan-Nya, melalui Yeshua Hamasiah Tuhan. Janji-janji untuk Israel berlaku bagi kita. Tuhan tidak akan ingkar janji kepada umat-Nya. Kita adalah biji mata Tuhan dalam Yeshua Hamasiah.
HalleluYAH .. !
Langganan:
Postingan (Atom)