Bacaan hari ini: 1 Tesalonika 4:13-5:11
Ayat mas hari ini: 1 Tesalonika 5:8
Dalam film seri Flash Forward dikisahkan bahwa suatu hari semua orang di dunia pingsan pada saat yang bersamaan, lalu melihat masa depan. Respons setiap orang terhadap peristiwa itu berbeda-beda, sangat tergantung pada apa yang mereka lihat dalam penglihatan tersebut. Namun yang pasti, sejak hari itu hidup semua orang berubah. Orientasi hidup mereka bukan lagi semata-mata pada apa yang sedang terjadi saat ini, melainkan pada apa yang akan terjadi di masa yang mendatang.
Kita pun sebetulnya adalah orang-orang yang sudah tahu mengenai masa depan. Kita sudah tahu bahwa dunia yang sekarang ini akan berakhir ketika Yesus datang kembali. Dan bahwa kita akhirnya akan bertemu langsung dengan Tuhan Yesus dan hidup bersama-Nya dalam kemuliaan kekal. Karena itu, hidup kita pun seharusnya diubahkan oleh pengetahuan ini. Tantangannya, kita tidak tahu kapan hal-hal tersebut akan terjadi. Sehingga, ada kalanya kita lupa akan masa depan yang sedang kita nantikan. Atau, bahkan kita menjadi ragu bahwa masa depan tersebut akan benar-benar terjadi.
Paulus meyakinkan kita, bahwa itu semua sungguh-sungguh akan terjadi. Maka, ia menasihati kita untuk terus berjaga-jaga, bersiap menyambut Dia dengan menjalani hidup yang sepadan dengan pengharapan tersebut (ayat 6,8). Yakni hidup yang penuh pengharapan karena kita tahu masa depan kita sangat indah bersama Allah. Juga hidup yang menyenangkan Tuhan, yang tidak egois, karena kita tahu bahwa hidup yang sekarang ini, suatu saat akan berakhir.
KEYAKINAN KITA AKAN MASA DEPAN DALAM TUHAN YESUS MEMBENTUK CARA KITA MENJALANI HIDUP PADA SAAT INI
MAZMUR 23:1-6
Rabu, 06 Oktober 2010
Godaan dari dalam
Bacaan hari ini: Markus 7:1-5, 18-23
Ayat mas hari ini: Markus 7:23
Godaan dari dalam tidak jarang justru lebih membahayakan daripada tantangan yang berasal dari luar. Data yang dikeluarkan oleh DLLAJR (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya) dari tahun ke tahun menunjukkan, kecelakaan lalu lintas lebih banyak disebabkan oleh kelalaian sopir atau kondisi kendaraan yang kurang memadai, daripada disebabkan oleh kondisi cuaca atau jalanan yang buruk.
Hidup kita pun begitu. Seumpama bahtera yang berlayar, ada saat kita diterjang ombak besar dan badai dahsyat; entah sakit penyakit, kesulitan di tempat kerja, gonjang-ganjing dalam keluarga, atau masalah dalam pelayanan. Semua itu bisa meluluhlantakkan bahtera hidup kita. Namun, bahaya yang lebih “mematikan” sebetulnya justru datang dari dalam diri sendiri; berupa keserakahan, kesombongan, pikiran kotor, iri hati, dendam kesumat, dan sebagainya. Tentang bahaya dari dalam inilah yang “diangkat” oleh Tuhan Yesus dalam bacaan Alkitab hari ini. Ketika itu para murid tidak mencuci tangan sebelum makan (ayat 2), sementara orang Farisi mencuci tangan dengan cara tertentu (ayat 3). Dalam hukum Yahudi, tidak mencuci tangan sebelum makan adalah kesalahan besar; bukan karena soal kebersihan dan kesehatan, tetapi karena tindakan itu dianggap najis di mata Allah (ayat 5).
Tuhan Yesus hendak mengoreksi anggapan demikian. Dia seolah-olah berkata, “Kalian kok begitu sibuk mengurus apa yang masuk ke perut. Padahal yang lebih berbahaya itu justru yang keluar dari hati dan pikiran kalian” (ayat 18-23). Maka, marilah kita waspada dengan godaan-godaan yang menggerogoti hati dan pikiran kita. Semoga Allah menolong kita.
Kita perlu menjaga hati dan pikiran dari segala “kotoran” kehidupan
Ayat mas hari ini: Markus 7:23
Godaan dari dalam tidak jarang justru lebih membahayakan daripada tantangan yang berasal dari luar. Data yang dikeluarkan oleh DLLAJR (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya) dari tahun ke tahun menunjukkan, kecelakaan lalu lintas lebih banyak disebabkan oleh kelalaian sopir atau kondisi kendaraan yang kurang memadai, daripada disebabkan oleh kondisi cuaca atau jalanan yang buruk.
Hidup kita pun begitu. Seumpama bahtera yang berlayar, ada saat kita diterjang ombak besar dan badai dahsyat; entah sakit penyakit, kesulitan di tempat kerja, gonjang-ganjing dalam keluarga, atau masalah dalam pelayanan. Semua itu bisa meluluhlantakkan bahtera hidup kita. Namun, bahaya yang lebih “mematikan” sebetulnya justru datang dari dalam diri sendiri; berupa keserakahan, kesombongan, pikiran kotor, iri hati, dendam kesumat, dan sebagainya. Tentang bahaya dari dalam inilah yang “diangkat” oleh Tuhan Yesus dalam bacaan Alkitab hari ini. Ketika itu para murid tidak mencuci tangan sebelum makan (ayat 2), sementara orang Farisi mencuci tangan dengan cara tertentu (ayat 3). Dalam hukum Yahudi, tidak mencuci tangan sebelum makan adalah kesalahan besar; bukan karena soal kebersihan dan kesehatan, tetapi karena tindakan itu dianggap najis di mata Allah (ayat 5).
Tuhan Yesus hendak mengoreksi anggapan demikian. Dia seolah-olah berkata, “Kalian kok begitu sibuk mengurus apa yang masuk ke perut. Padahal yang lebih berbahaya itu justru yang keluar dari hati dan pikiran kalian” (ayat 18-23). Maka, marilah kita waspada dengan godaan-godaan yang menggerogoti hati dan pikiran kita. Semoga Allah menolong kita.
Kita perlu menjaga hati dan pikiran dari segala “kotoran” kehidupan
Lebih Panjang Umur
Bacaan hari ini: Ibrani 9:23-28
Ayat mas hari ini: Ibrani 9:27
Anak-anak yang lahir pada abad ini di negara maju boleh bergembira. Separuh lebih dari mereka berpotensi untuk mencapai usia seratus tahun jika tren kesehatan yang berlangsung dewasa ini terus berlanjut. Hasil studi itu dipaparkan oleh tim dari Pusat Riset Penuaan Denmark pada Oktober 2009. Salah satu faktor pendukungnya, saat ini banyak penyakit, termasuk penyakit jantung, yang dapat dideteksi secara lebih awal dan diobati secara lebih baik.
Kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi memang dapat meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Tetap saja, ada satu kepastian yang tak mungkin kita elakkan: kematian. Kematian bisa merenggut nyawa manusia kapan saja. Ia tidak hanya menjemput ketika usia sudah lanjut, tetapi bisa juga menyerobot kehidupan yang baru bertunas, atau malah menghantam ketika seseorang tengah berada di puncak kekuatannya.
Sesudahnya, manusia menghadapi penghakiman Allah. Penghakiman ini membelah umat manusia menjadi dua bagian yang tak terjembatani. Yang satu, golongan yang memercayai Anak Allah dan menerima anugerah kehidupan kekal: mereka akan bersekutu dengan Allah di langit yang baru dan bumi yang baru. Yang lain, golongan yang tidak memercayai Anak Allah dan menolak anugerah-Nya: mereka terbuang dari hadirat Allah untuk selama-lamanya. Jadi, yang penting bukanlah berapa lama kita hidup. Bukan pula hebatnya kualitas kesehatan kita. Yang terutama ialah memastikan apakah kita mengalami kehidupan kekal. Sudahkah kita menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan atas kehidupan kita dan menyambut anugerah-Nya dengan iman?
KESEHATAN ITU PENTING, UMUR PANJANG ITU MUNGKIN BAIK, TETAPI TANPA KEHIDUPAN KEKAL SEMUANYA ITU SIA-SIA
Ayat mas hari ini: Ibrani 9:27
Anak-anak yang lahir pada abad ini di negara maju boleh bergembira. Separuh lebih dari mereka berpotensi untuk mencapai usia seratus tahun jika tren kesehatan yang berlangsung dewasa ini terus berlanjut. Hasil studi itu dipaparkan oleh tim dari Pusat Riset Penuaan Denmark pada Oktober 2009. Salah satu faktor pendukungnya, saat ini banyak penyakit, termasuk penyakit jantung, yang dapat dideteksi secara lebih awal dan diobati secara lebih baik.
Kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi memang dapat meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Tetap saja, ada satu kepastian yang tak mungkin kita elakkan: kematian. Kematian bisa merenggut nyawa manusia kapan saja. Ia tidak hanya menjemput ketika usia sudah lanjut, tetapi bisa juga menyerobot kehidupan yang baru bertunas, atau malah menghantam ketika seseorang tengah berada di puncak kekuatannya.
Sesudahnya, manusia menghadapi penghakiman Allah. Penghakiman ini membelah umat manusia menjadi dua bagian yang tak terjembatani. Yang satu, golongan yang memercayai Anak Allah dan menerima anugerah kehidupan kekal: mereka akan bersekutu dengan Allah di langit yang baru dan bumi yang baru. Yang lain, golongan yang tidak memercayai Anak Allah dan menolak anugerah-Nya: mereka terbuang dari hadirat Allah untuk selama-lamanya. Jadi, yang penting bukanlah berapa lama kita hidup. Bukan pula hebatnya kualitas kesehatan kita. Yang terutama ialah memastikan apakah kita mengalami kehidupan kekal. Sudahkah kita menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan atas kehidupan kita dan menyambut anugerah-Nya dengan iman?
KESEHATAN ITU PENTING, UMUR PANJANG ITU MUNGKIN BAIK, TETAPI TANPA KEHIDUPAN KEKAL SEMUANYA ITU SIA-SIA
Langganan:
Postingan (Atom)